FILM KOMEDI TERBARU DI BULAN FEBRUARI YANG MENGANGKAT KISAH KULINER DARI MAKASAR

Film Komedi Terbaru di Bulan Februari yang Mengangkat Kisah Kuliner dari Makasar

Film Komedi Terbaru di Bulan Februari yang Mengangkat Kisah Kuliner dari Makasar

Blog Article





Dua hidangan populer Makassar, Coto dan Konro, memanjakan lidah para penikmat kuliner dan menjadi simbol persaingan sengit antara dua keluarga. Film komedi "Coto vs. Konro" menceritakan perkelahian lucu antara Daeng Sangkala, pengusaha Konro yang baru saja muncul, dan Haji Matto, pemilik warung Coto yang terkenal.

Selain itu, Anda dapat menonton film komedi lainnya di https://aimrpubs.org/ yang akan membuat Anda tertawa.

Diperankan oleh Luthfi Sato, Haji Matto adalah seorang pria paruh baya yang ramah dan berdedikasi yang mewarisi resep Coto dari nenek moyangnya. Selama bertahun-tahun, warung Coto Haji Matto telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Makassar. Dikenal karena kuahnya yang kaya rempah, dagingnya yang empuk, dan taburan bawang goreng yang renyah, coto yang dia buat terkenal. Dia percaya Coto adalah warisan budaya yang harus dijaga selain makanan.

Sebaliknya, Daeng Sangkala—pemeran yang masih dirahasiakan—menampilkan ide Konro yang lebih kontemporer. Ia memiliki tujuan untuk membawa Konro ke masa depan dengan sentuhan kreatif, seperti versi bakar dan mercon. Warung Konro Daeng Sangkala tepat di seberang warung Coto Haji Matto, jadi dia merasa terusik dengan kedatangannya yang tiba-tiba.

Haji Matto dan Daeng Sangkala bersaing keras selama festival kuliner tahunan kota Makassar. Spanduk promosi yang menggelitik, kompetisi makan Coto dan Konro tercepat, dan aksi saling sindir di media sosial adalah beberapa cara untuk menarik perhatian pengunjung. Perlombaan sering menyebabkan situasi lucu dan absurd yang membuat orang tertawa.

Nielam Amir berperan sebagai Sara, putri Haji Matto yang cantik dan pintar, hadir di tengah persaingan yang sengit. Sara menawarkan perspektif kontemporer dan berusaha untuk mendamaikan kedua belah pihak. Ia percaya bahwa persaingan ini dapat menjadi inspirasi untuk berinovasi bersama dan meningkatkan kualitas kuliner Makassar.

Selain Sara, film ini juga memiliki banyak karakter pendukung lucu seperti Zakaribo, Aty Kodong, Musdalifah, dan Dodi Epen Cupen. Mereka berperan sebagai pelanggan setia warung Coto dan Konro dan juga menjadi komentator yang membuat suasana hidup dengan celetukan khas komedian.

Perbedaan pendapat antara Haji Matto dan Sara tentang cara berbisnis adalah salah satu konflik yang menarik dalam film ini. Sara ingin mengembangkan bisnis keluarganya dengan sentuhan modern, seperti pemasaran online dan inovasi menu, sementara Haji Matto berpegang teguh pada tradisi dan resep warisan leluhur. Perbedaan ini memicu perdebatan sengit antara ayah dan anak, tetapi tetap dalam konteks komedi.

Sebaliknya, Daeng Sangkala juga menghadapi masalah internal. Para investor yang ingin mendapatkan keuntungan besar dalam waktu singkat meletakkan tekanan padanya. Ia juga harus sesuai dengan budaya Makassar, yang sangat menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan keluarga.

Saat festival kuliner mencapai puncak, konflik muncul. Kedua warung bersaing untuk gelar "Warung Terfavorit". Pada festival terjadi sejumlah peristiwa tak terduga, mulai dari sabotase kecil hingga kejadian lucu yang melibatkan pengunjung.

Namun, di balik persaingan yang sengit, tertanam persahabatan dan pertimbangan satu sama lain. Tujuan yang sama, meningkatkan kuliner Makassar, mulai terlihat oleh Haji Matto dan Daeng Sangkala. Untuk menciptakan keharmonisan di antara para pecinta Coto dan Konro, mereka juga belajar untuk menghargai satu sama lain dan bekerja sama.

Film ini tidak hanya mengangkat nilai-nilai lokal Makassar seperti keramahan, kekeluargaan, dan semangat pantang menyerah, tetapi juga menjadi komedi. "Coto vs. Konro" tidak hanya membuat penonton tertawa, tetapi juga menunjukkan betapa pentingnya mempertahankan tradisi sambil tetap kreatif. Film ini dijadwalkan dirilis pada 6 Februari 2025.

Report this page